Senin, 03 Oktober 2011

Agama di Tengah Bencana



Salah satu pertanyaan eksistensial manusia yang mengalami bencana adalah apa relevansi agama di tengah bencana?
Jawabannya sederhana. Dibutuhkan agama yang membebaskan mereka dari penderitaan. Dibutuhkan agama yang fungsional, yang memancarkan kebesaran kasih Allah melalui praksis pembebasan dan cinta pada kemanusiaan. Sayang, justru di situ kelemahannya.
Agama sering gagal menghadirkan diri sebagai kekuatan transformatif. Alih-alih menolong dan membebaskan korban, agama sibuk dengan upaya spekulatif menjelaskan sebab musabab terjadinya bencana. Agama menjadi impoten.
Kegenitan agama dalam menjelaskan masalah bencana disebabkan dua aspek. Pertama, agama cenderung menganggap diri tahu segalanya. Semua yang terjadi di dunia seolah sudah ada jawabannya pada agama. Agama seperti ahli nujum.
Kedua, muncul dari upaya keras agama dalam mempertahankan doktrinnya tentang kemahakuasaan Tuhan. Bencana, tragedi, maupun penderitaan dijelaskan tanpa mengorbankan kemahakuasaan Tuhan.

GKI SW Jateng GKI KlatenBlog WawanNulis Yuk