Jumat, 07 Januari 2011

Posted by Purnawan Kristanto on/at 23.31


Erupsi Merapi menyebabkan vegetasi yang ada di sekitar lerengnya mati karena terbakar dan tertutup pasir. Untuk menghijaukan kembali lereng Merapi, maka pemuda gereja dan Banser NU (Bantuan Serba Guna Nahdatul Ulama) bahu-membahu menanam bibit pohon di desa Balerante, kecamatan Kemalang, Klaten, 6 Januari 2010.
Tepat pukul delapan, empat truk dan puluhan kendaraan pribadi yang mengangkut 427 relawan berkonvoi mendaki punggung Merapi. Sesampai di lokasi, mereka segera membagi diri untuk menanam 15 ribu batang pohon di lereng Merapi.
Komponen yang terlibat dalam aksi ini meliput Banser NU. pemuda Gereja Kristen Indonesia (GKI) Klaten, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Klaten Klasis Timur dan Klasis Barat. Tak ketinggalan ada delapan pendeta dan calon pendeta yang juga ikut terjun langsung ke lokasi bencana.
Dari Foto
“Aksi penghijauan ini bertujuan untuk mencegah bencana longsor dan sebagai konservasi sumber air bersih di wilayah Klaten, “jelas Agus Permadi, relawan dari Derap Kemanusiaan dan Perdamaiaan yg menjadi koordinator aksi ini. Ada dua jenis pohon yang ditanam. Pertama, pohon yang bernilai eknomis seperti pisang, mlinjo, nangka, apokat dan sirsak. Bibit ini sengaja ditanam di dekat pemukiman warga. Kedua pohon yang berfungsi sebagai konservasi, seperti munggur, sengon siklon, jabon, dan mindi. Pohon ini ditanam di pinggir sungai, tepian jurang dan di dekat Taman Nasional Gunung Merapi.
Dari Foto
“Kami menyambut baik kerjasama ini dan berharap dapat dilanjutkan pada masa yang akan datang,” kata Jafar, komandan Banser NU kabupaten Klaten. “Kami siap mendukung jika gereja akan mengadakan penghijauan di tempat lain, maupun jika akan melakukan aksi sosial lainnya.” Untuk aksi ini, Banser NU mengerahkan 160 orang berasal dari sektor Kota, Kalokotes, Prambanan, Manisrenggo, Kemalang dan Karangnongko.
Dari Foto
Kerjasama lintas iman ini bukan sekali ini dilakukan. Selama bertahun-tahun sudah terjalin hubungan yang harmonis antara gereja dengan NU di Klaten. Setiap Natal dan Tahun Baru, Banser NU selalu menerjunkan anggotanya untuk mengamankan ibadah di gereja. Menjelang Lebaran, gereja juga menjalin kerjasama dengan NU mengadakan pasar murah dan aksi sosial lainnya.
Ketika terjadi erupsi gunung Merapi, desa Balerante mengalami dampak yang paling parah. Awan panas melanda desa ini dan membakar seluruh desa. Sebagian besar warga sudah mengungsi namun tak urung ada dua orang yang meninggal karena awan panas, yaitu Sukarni, 70 tahun, dan Ratno Wiyono alias Walidi, 80 tahun.
Awan panas membakar rumah, sapi, dan fasilitas publik. Pohon-pohon besar menghitam dan meranggas. Beberapa pohon bahkan tumbang dengan akar yang terangkat karena bagian atas tidak kuat menahan material padat yang tertumpuk di dahan dan daun-daunnya. Desa ini sudah menjadi areal terbuka, tak ubahnya padang tundra, karena hampir tidak ada pohon besar yang hidup.
Sebagian warga desa Balerante masih menghuni barak pengungsian di desa Kepurun. Pada pagi hari mereka kembali ke desa untuk membersihkan puing-puing, membangun rumah dan mengurusi ternak. Pada sore hari, mereka kembali ke barak pengungsian karena di desa ini belum bisa dihuni. Listrik belum menyala dan pipa saluran air bersih yang dibangun swadaya rusak karena hangus terbakar.
Dari Foto
Dari Foto
Foto

GKI SW Jateng GKI KlatenBlog WawanNulis Yuk